Senin, 15 September 2008

Perayaan Kue Bulan


Selain perayaan Tahun Baru Imlek terdapat pula perayaan yang sangat populer di kalangan masyarakat etnis Cina di seluruh Dunia. Di Indonesia pun selain perayaan Tahun Baru Imlek, kaum etnis Cina juga turut merayakan perayaan Kue Bulan ini. Masyarakat Tionghoa menamakan perayaan ini Perayaan Pertengahan Musim Gugur (中秋) karena memang selalu jatuh pada tanggal 15 Bulan 8 Imlek (Peh Gwe Cap Go). Sebutan perayaan pertengahan musim gugur dalam bahasa Inggrisnya adalah Mid Autumn Festival. Perayaan pertengahan musim gugur ini oleh masyarakat Tionghoa ini juga dikenal dengan sebutan Perayaan Kue Bulan (Moon Cake Festival) atau Perayaan Bulan (Moon Festival) dengan latar belakang cerita yang bermacam-macam namun masing-masing mempunyai nilai filsafat yang tinggi. Perayaan ini biasanya dilakukan sekitar bulan Agustus-September, ketika bulan Purnama bersinar terang benderang.

Pada awalnya, perayaan Kue Bulan ini dimulai dengan peringatan kepada Dewi Bulan Chang Er sesuai dengan lagenda tua dari awal peradaban Han beberapa ribu tahun yang silam. Legenda yang mengisahkan bahwa pada jaman dahulu kala, dilangit terdapat 10 matahari yang menghangatkan langit. Selama musim panas, kesepuluh matahari tersebut bersinar sangat terik sehingga mengakibatkan kekeringan di mana-mana dan menyebabkan kesengsaraan rakyat. Kaisar kemudian memanggil pemanah terkenal yang dapat memanah sangat jauh dengan ketepatan tinggi. Kaisar memerintahkan Hou Yi untuk memanah sembilan dari sepuluh matahari dari langit. Dengan menggunakan kesembilan panah saktinya, pemanah ini berhasil memanah kesembilan matahari dan musim panas menjadi normal kembali. Atas keberhasilannya kaisar menghadiahkan Hou Yi uang dan perhiasan yang berlimpah . Dengan harta tesebut Hou Yi meminang dan menikahi kekasih yang sangat dicintai bernama Cheng Er.

Suatu ketika kaisar memberinya tugas untuk membangun sebuah istana baru. Hou Yi bukan saja pemanah yang ulung namun juga seorang arsitek yang hebat dan terbaik di istana. Tugas membangun istana baru dari sang kaisar berhasil ia selesaikan dengan sangat memuaskan. Hou Yi berhasil membangun istana yang paling indah dan besar, didekorasi penuh emas dan permata dan diisi dengan kain sutra serta kerajinan tangan yang indah. Atas keberhasilannya, sang kaisar menghadiahkan botol kecil berisi ramuan keabadian kepada Hou Yi. Sang kaisar memperingatkan agar berhati-hati dan tidak meminum seluruhnya melainkan harus dibagi bersama istrinya Chang Er.

Hou Yi berlari segera kerumah untuk membagi hadiahnya bersama Chang Er.
Chang Er begitu gembira, dan langsung meminum keseluruh isi ramuan kea
badian. Setelah menelan ramuan tersebut, kepalanya berputar dengan cepat dan ia pun terjatuh. Tiba-tiba badannya menjadi sangat ringan dan ia mulai melayang kelangit. Chang Er menjadi ketakutan dan berpegangan terhadap apa saja yang ia dapat raih, kursi, tumbuhan, bahkan suaminya. Namun sayang, suaminya pun tak dapat mencegahnya melayang. Terakhir ia memegang kandang kelinci yang berisi kelinci putihnya. Hou Yi berteriak dengan putus asa melihat istrinya yang cantik Chang Er melayang kebulan.

Chang Er terjebak dibulan untuk hidup selamanya tanpa suaminya, ia hanya ditemani kelinci putihnya. Hanya satu keajaiban muncul yaitu jembatan bulan muncul malam hari, setahun sekali, saat bulan kedelapan kalender bulan, yaitu sekitar bulan September dan Oktober. Jembatan itu menghubungkan Bulan dan Bumi. Selama malam itu Chang Oh dan Hou Yi kembali bersama untuk waktu yang singkat dalam kebahagiaan. Dari kisah inilah dahulu perayaan festival bulan dilakukan.

Selain kisah Chang Er ada pula kisah yang menceritakan pada masa dinasti Yuan (tahun 1271 – 1368) dimana ketika Tiongkok dikuasai oleh bangsa Mongol, kaum penjuang Han menggunakan kue bulan sebagai bahan pengantar sandi agar rakyat Han secara serentak memulai pemberontakan terhadap pemerintah Mongol pada tanggal 15 bulan 8 Imlek. Kisah tersebut berawal pada saat penjajahan Mongolia, Raja yang pada masa itu berkuasa hidup hanya berhura-hura, padahal rakyat mereka penuh penderitaan. Saat keadaan ekonomi negara kacau, ada beberapa aktivis menyerukan revolusi. Sebuah revolusi direncanakan. Namum, karena pengawasan yang ketat dari pemerintahan mongolia, pesan dan surat dari para pemberontak tidak mungkin disebarkan.

Akhirnya seorang aktivis bernama Chu Yuen-chang, dan deputi seniornya, Liu Po-wen memperkenalkan sejenis makanan yang disebut "kue bulan". Ia mengatakan dengan memakan kue bulan saat festival pertengahan musim gugur (zhong qiu jie) akan menjaga mereka dari penyakit dan segera terbebas dari krisis. Liu berpakaian sebagai pendeta Tao membawa dan membagikan kue bulan penduduk-penduduk kota.
Saat Chung Chiu festival tiba, rakyat membuka kue bulan dan mereka menemukan secarik kertas rahasia terletak di dalam kue bertuliskan "habisi orang-orang tartar tanggal 15 pada bulan ke delapan". Sebagai hasilnya semua rakyat bangkit secara serentak berevolusi melawan pemerintahan Mongolia dan mereka berhasil . Sejak saat itu kue bulan menjadi salah satu makanan tradisional saat perayaan pertengahan musim gugur.

Dewasa ini, perayaan Festival Kue Bulan melambangkan kekeluargaan karena pada hari itu segenap anggota keluarga dan teman berkumpul merayakannya dengan melakukan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewata Bumi (Tho Tee Kong) dan makan kue bulan. Masyarakat Indonesia pun banyak yang menggemari memakan kue bulan bahkan mempelajari cara membuatnya. Menjelang perayaan Festival Kue bulan banyak sekali tempat-tempat kursus membuat roti dan mengolah makanan di kota-kota Indonesia mengadakan kursus dan pelatihan membuat kue bulan. Kehadiran kue bulan ini memberi corak tersendiri pada kuliner Indonesia. Rasa dari kue ini pun mulai banyak dimodifikasi sesuai selera masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga semakin mudah diterima masyarakat Indonesia.


0 komentar: