Minggu, 07 September 2008

Salah Satu Alasan Xuexi Zhongwen.......



Berita tentang kebangkitan Cina di berbagai sektor pembangunan telah banyak menghiasi banyak headline di berbagai media massa baik media elektronik maupun media cetak di manca Negara khususnya di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari pun rakyat Indonesia banyak menggunakan produk-produk buatan Negara yang terkenal dengan julukan Tirai Bambu ini. Pasca kematian Mao Ze-dong (毛泽东) pada 9 September 1976, sang Pemimpin Besar yang berkuasa sejak berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949 kemudian memprakasai gerakan “Lompatan Jauh Ke Depan pada 1958, Cina menjadi Negara yang terbuka terhadap peradapan asing khususnya Barat. Sejarah mencatat kunjungan bersejarah Presiden Richard Nixon pada tahun 1972 yang kemudian menetapkan Cina menjadi anggota tetap DK PBB dan mempunyai hak veto semakin menjadi bukti nyata bahwa Cina telah meninggalkan jauh citra Negara Tirai Bambu yang tertutup. Cina kini telah membuka lebar-lebar tirainya untuk masuk pada pergaulan dunia dan menyerap peradaban luar yang mereka percaya akan membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik.

Sejak terbukanya RRC, satu demi satu negara mengadakan hubungan dengan RRC. Hubungannya dengan Jepang yang selama ini menjadi musuh Cina pun akhirnya pulih pada tahun 1972. Semenjak itu Cina menjadi negara yang lebih terbuka khususnya kepada barat akibatnya Cina kebanjiran investasi dari luar negeri walaupun cakupannya terbatas. Ekonomi Cina yang dulu terpuruk akibat kebijakan Mao yang radikal sedikit demi sedikit meningkat. Banyak gedung-gedung bertingkat dibangun. Mobil-mobil mewah pun sudah dapat dilihat di RRC.

Reformasi dan modernisasi ini begitu terasa sampai puncaknya pada masa pemerintahan Presiden Deng Xiao Ping. Jatuhnya Hongkong yang merupakan salah satu pilar ekonomi Asia jatuh ke pangkuan RRC diikuti oleh Macau semakin menambah kekuatan pilar pembangunan ekonomi RRC.

Ekonomi Cina bertambah meyakinkan setelah Hongkong, si anak hilang, kembali ke pangkuan ibunya Juni 1997. Bagaikan bebek bertelur emas, Hongkong telah menjadi pintu gerbang Cina ke luar dan sebaliknya. Hongkong menjadi jalur perdagangan strategis yang menyumbang banyak devisa kepada RRC. Hongkong juga merupakan pusat salah satu perfilman dunia selain Holywood dan merupakan tempat asal artis ternama yaitu Jacky Chen dan Andi Lau. Penyatuan Hongkong Bank dan Shangai Bank menjadi HSBC merupakan salah satu contoh juga betapa HSBC menjadi penyokong perekonomian RRC karena HSBC memiliki aset terbesar di Asia. Cadangan devisa RRC juga tergolong sangat besar (sekitar 10 kali lipat Indonesia). Barang dagangan dari RRC juga terkenal paling murah di Asia dan Eropa serta cukup berkualitas karena didukung dengan tekhnologi yang baik.

Presiden Deng Xiao Ping (腾笑柄) dengan motto “Menjadi Kaya itu Mulia” telah membawa RRC pada pembangunan yang pesat sejak terjalinnya beberapa kerjasama dengan investor-investor luar, arus informasi dan kemajuan teknologi yang diadopsi RRC menjadikan RRC berkembang pesat bahkan menjadi macan Asia meninggalkan keperkasaan Jepang. RRC kini berkembang pesat tanpa terduga bahkan oleh Barat khususnya AS.

Proyek-proyek mercusuar seperti Pembangunan Bendungan Raksasa terbesar di dunia yang terletak di sepanjang sungai Yang Tze yang jika terwujud akan menghasilkan tenaga listrik yang setara dengan puluhan reactor nuklir, kemudian program antariksa RRC yang berhasil meluncurkan roket Long March baru-baru ini dan ambisinya untuk mengirim taikonot (sebutan Astronot bagi AS, Kosmonot bagi Rusia) ke bulan semakin membuka mata dunia luas bahwa RRC kini bukan lagi Pesakitan dari Timur, julukan yang diberikan oleh Jepang setelah Cina kalah dari Jepang pada akhir PD II. Kekalahan menyakitkan yang diikuti beberapa pemberontakan yang akhirnya membuat Dinasti Manchu harus mengakhiri masa kekuasaannya. Bahkan pasca kekalahannya, beberapa wilayah Cina dikuasai oleh kolonial Barat salah satunya Hongkong yang jatuh ke tangan Inggris dan Macau yang jatuh ke tangan Prancis.

RRC yang mendeklarasikan kemerdekaanya pada tanggal 1 Oktober 1965 kini mengalami perkembangan yang sangat pesat jauh meninggalkan Indonesia, Negara kita yang telah mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Negara yang usianya lebih belia daripada Indonesia ini memiliki Cadangan devisa dan volume investasi asing (FDI) Cina yang menurut Zhu Rongji dalam China`s Century, 2002 ada di urutan kedua dunia setelah AS. Masuknya Cina ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) langsung melambungkan FDI serta memungkinkan barang buatan Cina yang murah memadati pasar-pasar dunia. PDB Cina Raya (meliputi Cina, Hongkong, dan Taiwan) kini sebesar 7.8 triliun dollar AS, lebih dari dua kali lipat PDB Jepang.

Produk elektronik murah Cina mengalir dan membanjiri pasar dunia termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Cina sebesar 1,2 miliar (seperlima penduduk Bumi) menyumbangkan potensi SDM yang banyak dan murah sehingga tak heran komoditas dagang produk RRC mulai alat-alat elektronik, alat-alat telekomunikasi seperti ponsel hingga alat-alat rumah tangga terbuat dari berbagai macam bahan seperti plastik dan melamin membanjiri pasar dunia termasuk Indonesia.

Selain akrab dengan produk-produk dari RRC secara historis sebenarnya Indonesia telah lama berakulturasi dengan budaya Cina, bahkan banyak episode-episode sejarah Indonesia yang terwarnai dengan budaya dan kehadiran etnis Cina sebagai penggerak sejarah Indonesia, mulai dari penyebaran agama hingga turut serta dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan NKRI. Kehadiran etnis Cina yang telah lama membaur di masyarakat Indonesia memberi corak tersendiri pada budaya nasional Indonesia bahkan ada beberapa tradisi yang serasa asli milik budaya Indonesia


0 komentar: