Kamis, 25 September 2008

Tahun Baru Imlek



Di Indonesia biasanya sekitar penghujung bulan Januari hingga pertengahan bulan Februari banyak ornamen-ornamen perayaan Tahun Baru Imlek menghiasi tempat-tempat keramaian. Tahukah kalian tahun baru Imlek? Di Indonesia setiap tahun masyarakat etnis cina selalu merayakan Tahun baru Imlek. Tahun Baru Imlek dikenal juga sebagai Sin Chia dalam bahasa Hokkian sedangkan dalam bahasa Mandarinnya ialah "Chun Jie" (春节) artinya "Pesta Musim Semi"atau Spring Festival dalam bahasa Inggris.

Imlek bukan sekedar ritual tahunan biasa dan budaya saja, tapi budaya yang sekaligus menyatu dengan kepercayaan. Sebelum agama Buddha masuk ke daratan Tiongkok, penduduk Tiongkok masa lampau sudah merayakan tahun baru Imlek. Tradisi ini berkaitan erat dengan budaya Tiongkok yang agraris. Oleh karena itu, Imlek sebenarnya adalah untuk menyambut musim semi, tanda dimulainya tahun baru dan tanda musim tanam bisa dimulai lagi. Tradisi ini dirayakan sebagai tanda ditinggalkannya musim dingin. Di Tiongkok merayakan Imlek dengan menyembah dewa dengan harapan agar di masa yang akan datang panen bisa lebih baik.

Di Tiongkok sudah merupakan satu kewajiban pada saat merayakan tahun baru Imlek untuk mengunjungi kerabat, teman atau tetangga tujuannya adalah untuk mempererat ikatan sosial yang ada dan saling memaafkan lahir dan batin. Oleh-oleh atau hadiah adalah satu hal yang tidak boleh dilupakan. Sang tamu memberikan hadiah kepada tuan rumah, dan sebaliknya tuan rumah juga memberikan hadiah kepada sang tamu. "Memberi dan Menerima" adalah nilai utama dari oleh-oleh ini. Pada saat saling memberi hadiah ini adalah waktu yg paling baik untuk mengucapkan: Gong Xi Fa Chai, Xin Nian Kuai Le, Jian duo duo na lai! (恭喜发差新年快了见多多) Artinya: Selamat tahun baru, semoga sehat waalfiat, rejeki melimpah ruah, Tiap tahun ada kelebihan terus!

Hadiah pada saat perayaan Imlek yang diberikan bisa dalam bentuk uang ‘Ang Pao’ dalam bhs bahasa Mandarinnya "Hong Bao (红包) = bungkusan merah" sebab warna merah adalah lambang kehidupan dan rezeki. Angpao ada dua macam, pertama adalah merajut gambar naga dengan benang berwarna, dan diletakkan di kaki ranjang. Kedua adalah angpao yang telah dibungkus uang oleh orang tua, dan dibagikan kepada anak-anak setelah bersujud mengucapkan selamat tahun baru kepada orang tua. Ada anggapan angpao diberikan kepada anggota keluarga yang belum menikah walaupun ia telahmemiliki penghasilan sendiri.

Hadiah lainnya ialah jeruk mandarin jika ditulis secara Hanyu Pinyin adalah Gan. Lafal jeruk mandarin dalam dialek sub-etnis tersebut memiliki bunyi yang sama dengan lafal emas, yang jika ditulis secara Hanyu Pinyin adalah Jin (). Jadi memberikan jeruk mandarin diibaratkan memberikan emas. Lebih baik lagi memberikan jeruk yg masih ada daunnya yg melambangkan agar emas ini bisa tumbuh terus. Jumlah 2 buah karena terdapat sebuah pepatah Tionghoa terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang" (好事成双), yang secara harafiah dapat diartikan "Semua yang baik harus datang secara berpasangan". Biasanya pada Hari Raya Imlek diwajibkan menggunakan baju baru yang berwarna Merah atau Gold. Karena warna itu melambangkan rezeki dan kemakmuran.

Selain itu ada ritual membersihkan rumah dan memasang aksesoris Imlek seperti Lampion. Agar menghasilkan keberuntungan. Selain Lampion ada juga Bunga Mei Hwa sebagai tanda datangnya musim semi. Itulah sebabnya terdapat tradisi masyarakat Tionghoa, menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba. Terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan indah. Tidak ada makna spiritual dalam kehadiran bungan Mei Hwa tersebut.

Pada saat perayaan Imlek hidangan yang disajikan biasanya berjumlah minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue. Ini mewakili lambang-lambang dari shio yang berjumlah 12. Selain itu biasanya disajikan Kue Magkuk, Kue Keranjang atau Lapis Legit. Kue-kue yang manis ini melambangkan pengharapan pada hidup yang lebih manis atau makmur di Tahun mendatang.

Lapis Legit yang berlapis-lapis, melambangkan rezeki yang berlapis-lapis, sedangkan Kue Mangkuk/Keranjang merupakan makanan yang harus dihidangkan pada waktu sembahyang menyambut datangnya Imlek. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue moho atau kue mangkok yang diberi merah pada bagian atasnya. Harapan yang terkandung di situ adalah kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok. Agar pikiran menjadi jernih sepanjang tahun ini disertakan pula manisan kolang-kaling. Ada pula agar-agar yang dicetak bentuk bintang, merupakan simbol kehidupan yang terang. Sementara hidangan camilan yang tidak pernah ketinggalan adalah kuaci, kacang dan permen. Selain hidangan-hidangan tersebut saat merayakan tahun baru Imlek kebanyakan orang Tionghoa membuat Samseng (artinya: tiga macam daging kurban) yang terdiri dari tiga jenis macam binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi.

Saat perayaan Imlek biasanya di klenteng atau di daerah lingkungan masyarakat yang merayakan Imlek diadakan pertunjukkan Barongsai, yaitu tarian singa yang dipercaya merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan sehingga umumnya diadakan pada berbagai acara penting seperti pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan tahun baru. Menurut kepercayaan orang Cina, singa merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan.

Salah satu tradisi yang berhubungan dengan fengshui yang selalu dipatuhi masyarakat Tionghua semenjak ribuan tahun yang lalu adalah, ketika tiba Imlek, semua orang wajib berziarah ke makam orang tuanya masing-masing dan membersihkan sekaligus memperbarui bangunan makam. Kebiasaan memperbaiki fengshui atau sekedar membersihkan makam telah ada sejak zaman kerajaan Zhou, lebih kurang 1.134 tahun sebelum masehi, saat itu adat kebiasaan seperti ini telah dilakukan dengan sangat ketat.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia setelah lama dilarang merayakannya kini kembali mendapatkan kebebasan merayakan Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abd. Rachman Wachid mengeluarkan INPRES No. 14/1967. Kemudian Presiden Megawati menindak lanjuti dengan mengeluarkan KEPRES No. 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai Hari Libur Nasional. Mulai 2003 Imlek resmi dinyatakan sebagaiHari Libur Nasional.

Banyak masyarakat Indonesia yang bukan dari keturunan etnis Cina turut memberi selamat kepada rekan-rekannya yang merupakan etnis peranakan cina atau ikut memeriahkan perayaan ini karena hari raya Imlek adalah hari raya tahun baru berdasarkan penanggalan Imlek yang dirayakan setiap tanggal 1 bulan pertama kalender Imlek, bukan hari raya agama Budha maupun konghucu melainkan perayaan menyambut tahun baru berdasarkan kalender Imlek. Kalender Imlek adalah penanggalan yang menganut perhitungan berdasarkan peredaran bulan (“lunar calendar”). Tidak seperti kalender masehi (kalender Gregorian) yang berdasarkan peredaran matahari (“solar calendar”).

Perayaan Imlek hampir mirip dengan perayaan "Thanksgiving Day". Di Amerika Serikat diselenggarakan pesta rakyat "Thanksgiving Day" yang dirayakan pada hari Kamis kedua bulan November. "Thanksgiving Day" bermula dari tradisi pesta panen masyarakat pertanian yang sudah dirayakan sejak masa kejayaan Yunani dan Romawi. "Thanksgiving Day' dirayakan sebagai tanda terima kasih pada Tuhan atas keberhasilan panen pada musim itu.

Di Amerika Serikat sejak 1863, "Thanksgiving Day" ditetapkan sebagai Hari Raya Nasional. "Thanksgiving Day" menjadi pesta rakyat yang tidak terkait dengan suatu agama, sehingga segenap warga negara Amerika Serikat merayakannya dengan sepenuh hati. Seperti halnya "Thanksgiving Day" Imlek juga bukan hari raya keagamaan. Imlek adalah pesta rakyat yang dirayakan secara tradisional oleh etnis Tionghoa untuk menyambut datangnya musim semi sekaligus pengucapan syukur atas berkat dan kelimpahan yang sudah diterima pada tahun yang baru lalu dan permohonan berkat dan pertolongan baik dari Thian (Tuhan), dewa-dewa, maupun leluhur pada tahun yang akan datang

0 komentar: